Home » REDAKSI » Sumedang Terus Berjuang Di Balik “Nol Persen Kemiskinan Ekstreem” : Tekanan Ganda Stunting dan Kemiskinan Umum Jadi Sorotan

Sumedang Terus Berjuang Di Balik “Nol Persen Kemiskinan Ekstreem” : Tekanan Ganda Stunting dan Kemiskinan Umum Jadi Sorotan

SUMEDANG – Rapat Koordinasi Forkopimda di Gedung Negara pada Kamis (31/7) kembali menjadi forum strategis bagi para pemangku kebijakan di Kabupaten Sumedang. Ketua DPRD Sumedang, H. Sidik Jafar, hadir untuk menegaskan perlunya sinergi total dalam menghadapi tantangan ganda: penurunan angka stunting dan kemiskinan umum. Pernyataan ini muncul di tengah sorotan publik atas klaim keberhasilan Sumedang menekan angka kemiskinan ekstrem hingga nol persen.

​Keberhasilan tersebut memang layak diapresiasi. Namun, Sidik Jafar mengingatkan bahwa pencapaian ini hanyalah satu babak dari perjuangan yang lebih besar. Menurutnya, fokus tidak boleh bergeser dari dua isu krusial yang masih membelenggu Sumedang: prevalensi stunting dan kemiskinan secara umum.

​“Ini adalah pencapaian luar biasa yang mencerminkan kerja nyata dan kolaborasi efektif. Namun, perjuangan kita belum selesai,” ungkap Sidik, menyoroti fakta bahwa angka kemiskinan umum dan stunting di Sumedang masih berada di atas rata-rata Provinsi Jawa Barat.

​Menelaah Tantangan di Lapangan

​Data dari berbagai sumber menunjukkan bahwa Sumedang memang memiliki catatan yang kompleks terkait masalah ini. Pada tahun-tahun sebelumnya, Kabupaten Sumedang sempat mencatat prevalensi stunting yang tinggi, bahkan menjadi salah satu yang tertinggi di Jawa Barat. Meski upaya masif, termasuk “Gerakan Bersama (Geber)” yang melibatkan berbagai pihak, telah menunjukkan hasil signifikan dalam penurunan angka stunting, perjuangan ini masih terus berlanjut.

​Program-program penanganan stunting tidak hanya terbatas pada pemberian makanan tambahan. Pemerintah daerah, dengan dukungan Forkopimda, telah mengintegrasikan berbagai intervensi, mulai dari edukasi pola asuh, peningkatan layanan kesehatan ibu dan anak, hingga perbaikan infrastruktur sanitasi. Keberhasilan ini juga tak lepas dari pemanfaatan teknologi, seperti aplikasi Simpati yang menjadi rujukan dalam pemetaan kasus stunting.

​Namun, di balik semua upaya tersebut, tantangan mendasar tetap sama: kemiskinan. Kemiskinan sering kali menjadi akar masalah dari stunting. Sidik Jafar menegaskan bahwa tanpa penanganan kemiskinan secara holistik, upaya penurunan stunting akan terus menghadapi hambatan.

​Masa Depan Sumedang: Kolaborasi dan Data Terintegrasi

​Lebih lanjut, Sidik Jafar menekankan pentingnya kolaborasi yang lebih kuat, inovasi berkelanjutan, dan semangat pelayanan publik. Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah daerah sebelumnya untuk mengintegrasikan data dari berbagai instansi, termasuk DPRD, Polres, dan Kejaksaan. Data yang terintegrasi ini diharapkan dapat menjadi dasar pengambilan keputusan yang lebih akurat dan tepat sasaran.

​“Hanya dengan semangat melayani dan komitmen bersama, kita dapat membangun lingkungan yang lebih baik dan berkelanjutan bagi seluruh warga Sumedang,” tutup Sidik.

​Pernyataan ini bukan sekadar retorika, melainkan seruan untuk menjaga momentum dan tidak berpuas diri. Forkopimda dan seluruh elemen masyarakat Sumedang kini dihadapkan pada tugas berat untuk mengubah status “di atas rata-rata” menjadi “di bawah rata-rata,” demi memastikan masa depan yang lebih sehat dan sejahtera bagi seluruh warganya.

Elang Salamina