Home » REDAKSI » Ratusan Siswa SMP se-Kabupaten Sumedang Ramaikan FTBI di SMPN 3 Sumedang

Ratusan Siswa SMP se-Kabupaten Sumedang Ramaikan FTBI di SMPN 3 Sumedang

SUMEDANG, INFOJABARONLINE – Sabtu, 27 September 2025, SMPN 3 Sumedang dipenuhi riuh suara anak-anak yang membawa misi istimewa, merawat bahasa ibu. Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) tingkat SMP se-Kabupaten Sumedang kembali digelar, menghadirkan delapan cabang lomba yang menjadi ladang kreativitas generasi muda Sunda.

Tujuh cabang yang diperlombakan antara lain Ngadongeng (bercerita), Biantara (pidato), Maca Sajak (membaca puisi), Carpon (cerita pendek), Nembang Pupuh (menyanyikan pupuh), Maca jeung Nulis Aksara Sunda (membaca dan menulis aksara Sunda), serta Borangan/Ngabodor Sorangan (stand-up Sunda). Dari para juara inilah, Sumedang akan mengirimkan wakil terbaiknya ke ajang tingkat Provinsi Jawa Barat.

Di ruang-ruang kelas yang disulap menjadi arena lomba, para peserta tampil penuh percaya diri di hadapan juri ahli. Setiap kategori seakan menghadirkan wajah lain bahasa Sunda: dari aksara yang digurat hati-hati di kertas putih, hingga pupuh yang dilantunkan dengan suara bening, menyerupai doa yang mengalun dari masa lalu.

Ketua MKKS SMP Kabupaten Sumedang, Drs. Edeng Sutarya, M.M.Pd, menegaskan bahwa FTBI bukan sekadar kompetisi tahunan, melainkan gerakan kultural.

“Festival ini adalah upaya merevitalisasi bahasa daerah. Kami ingin memastikan bahasa dan sastra Sunda tetap hidup, diucapkan, dan dicintai generasi muda. Ini bukan hanya ruang lomba, tapi ruang apresiasi sekaligus evaluasi pembelajaran bahasa Sunda di sekolah,” ujarnya.

Edeng menambahkan, derasnya arus globalisasi sering membuat anak-anak lebih akrab dengan bahasa asing ketimbang bahasa ibu. Aksara Sunda kerap hanya jadi ornamen, pupuh terdengar hanya di acara adat, dan dongeng nyaris kehilangan pewaris.

“Karena itu, FTBI hadir bak oase. Ia menyirami tunas-tunas kecil yang tumbuh, agar tidak tercerabut dari akarnya. Di setiap suara anak yang melantunkan pupuh, di setiap aksara yang ditulis dengan tekun, tersimpan harapan, bahasa ibu tidak boleh mati,” tandasnya.

Hari itu, Sumedang seolah mengirim pesan lantang ke dunia, menjaga bahasa Sunda berarti menjaga jantung kebudayaan bangsa. Dan anak-anaklah, dengan polos namun penuh semangat, yang kini memikul obor warisan itu agar tetap menyala di tengah zaman yang kian menggilas tradisi.

Elang Salamina