BANDUNG, INFO JABAR ONLINE – Tidak banyak aktivis hukum yang mampu menyeimbangkan ketegasan intelektual dengan kelembutan ekspresi seni. Kang Arvio, pakar hukum sekaligus aktivis pemberantasan korupsi asal Bandung, membuktikan hal itu melalui peluncuran lagunya yang berjudul I Hurt My Heart Scream. Lagu tersebut resmi dirilis di kanal YouTube Arvio Pratama dan segera menjadi bahan perbincangan publik.
Cinta dan Pengorbanan
Dalam bait-baitnya, I Hurt My Heart Scream memotret kisah cinta yang penuh pengorbanan. Lirik seperti “aku berikan semua kasih sayangku, aku berikan semua cintaku, aku berkorban segalanya untukmu” menggambarkan realitas hubungan yang timpang. Namun, alih-alih sekadar melankolis, lagu ini mengandung pesan reflektif: cinta tidak boleh dibangun di atas penderitaan satu pihak semata.
“Cinta itu harus saling menghargai, bukan satu pihak saja yang berkorban,” ujar Kang Arvio dalam keterangan yang menyertai perilisan lagunya. Pesan tersebut merefleksikan pandangan universal tentang keseimbangan relasi, baik dalam kehidupan pribadi maupun sosial.
Seni sebagai Media Perjuangan
Bagi publik, Kang Arvio dikenal sebagai intelektual kritis yang tegas menolak praktik korupsi. Namun lewat lagu ini, ia menampilkan sisi lain, suara emas dan sensitivitas seni. Fenomena ini menunjukkan bahwa perjuangan nilai tidak hanya hadir di ruang sidang atau forum publik, melainkan juga bisa lahir melalui medium budaya populer seperti musik.
Pengamat musik menilai, kekuatan lagu ini terletak pada repetisi lirik yang sederhana namun emosional. “Justru karena repetitif, makna pengorbanan terasa menggedor hati. Pesannya mudah diingat sekaligus menyentuh,” ujar seorang pengamat musik independen di Bandung.
Edukasi Generasi Muda
Yang menarik, I Hurt My Heart Scream tidak berhenti pada ekspresi perasaan. Lagu ini juga membawa misi edukatif. Kang Arvio mengingatkan generasi muda agar berani menjaga harga diri dalam percintaan, serta belajar mencintai diri sendiri sebelum mencintai orang lain. Nilai ini penting di tengah arus budaya populer yang sering menormalisasi pengorbanan sepihak sebagai tanda cinta.
Dengan demikian, karya ini bisa dibaca sebagai upaya literasi emosional: mengajarkan bahwa cinta, seperti halnya keadilan, harus berlandaskan keseimbangan dan penghargaan timbal balik.
Interaksi dan Apresiasi Publik
Peluncuran lagu di YouTube juga disertai ajakan interaktif. Kang Arvio melalui manajemen Pipramed Productions mengajak penonton untuk memberikan komentar reflektif tentang lagu tersebut. Sebagai bentuk apresiasi, tersedia hadiah bagi para pendengar yang beruntung: sebuah iPhone, lima ponsel Android, serta pulsa Rp100.000 untuk sepuluh orang.
Meski bernuansa promosi, langkah ini memiliki dimensi edukasi. Dengan mengajak publik menulis komentar tentang makna lagu, Arvio sesungguhnya mendorong audiens untuk merenung, berdialog, dan menyuarakan perspektif mereka sendiri tentang cinta yang sehat.
Harmoni antara Hukum dan Seni
Pada akhirnya, I Hurt My Heart Scream adalah testimoni bahwa seni dapat berjalan beriringan dengan perjuangan sosial. Bagi Kang Arvio, hukum dan musik bertemu pada titik yang sama: membela nilai-nilai kemanusiaan.
“Cinta dan keadilan sama-sama tidak boleh timpang. Keduanya harus seimbang agar tidak melahirkan luka,” demikian pesan yang bisa dipetik dari karya ini.
Melalui suara emasnya, Kang Arvio tidak hanya memperlihatkan sisi personal, tetapi juga memberi inspirasi bahwa setiap perjuangan dapat menemukan jalannya, bahkan melalui nada dan lirik sebuah lagu.**
AdoNs.Red/01**)