SUMEDANG, INFOJABARONLINE – Kemarin, di antara rutinitas jemari yang menari di atas layar ponsel, sebuah kabar sederhana menghentikan segalanya. Di antara cerita-cerita keseharian, unggahan di status WhatsApp milik Sonia Sugian, S.H., M.H., M.Tr.IP., hadir bagai embusan napas sejuk yang membawa harapan. Sosok yang dikenal sebagai politikus tangguh di gelanggang Sumedang itu, ternyata baru saja memulai babak baru dalam hidupnya: ia diterima sebagai mahasiswa program Doktor (S3) Studi Ilmu Komunikasi di Universitas Padjadjaran.
​Ini lebih dari sekadar berita kelulusan. Ini adalah sebuah pernyataan. Di tengah kesibukan sebagai anggota DPRD dari Fraksi Golkar, dengan segala peran publik dan gelar yang telah tersemat, Sonia memilih jalan yang tak banyak dilalui: kembali ke bangku kuliah. Sebuah keputusan yang menegaskan bahwa ilmu adalah napas, bukan sekadar hiasan. Ia membuktikan bahwa hasrat untuk belajar tidak mengenal batas waktu, usia, apalagi jabatan.
​Jika perjalanan ini tuntas, sebuah sejarah akan terukir. Sonia Sugian akan menjadi perempuan pertama di DPRD Sumedang yang menyandang gelar doktor. Ini bukan hanya pencapaian pribadi, melainkan sebuah tonggak peradaban kecil yang menancap di jantung lembaga perwakilan rakyat.
​Penulis terenyuh, bukan oleh gelar yang akan diraih, tetapi oleh makna di baliknya. Di saat banyak orang merasa cukup, Sonia justru memilih jalan yang lebih terjal. Ia memilih untuk kembali menjadi murid, sebuah jalan yang menuntut pengorbanan waktu, pikiran, dan ketulusan. Jalan yang hanya bisa ditempuh oleh mereka yang memandang ilmu sebagai bekal untuk mengabdi lebih dalam dan lebih tulus.
​Pilihan pada Ilmu Komunikasi juga bukan tanpa alasan. Di tengah tantangan relasi antara rakyat dan wakil rakyat, komunikasi adalah jembatan vital. Ilmu ini adalah kunci untuk membangun kedekatan dengan konstituen dan senjata saat berhadapan dengan kebijakan yang tak berpihak. Dengan penguasaan ilmu ini, Sonia akan mampu menerjemahkan suara rakyat bukan sekadar sebagai angka, melainkan sebagai panggilan nurani.
​Lebih dari itu, langkahnya adalah pesan diam yang begitu kuat: bahwa politik bukan hanya soal kekuasaan, tetapi juga tentang kerendahan hati untuk terus tumbuh. Tentang keberanian untuk menjadi pembelajar sejati, demi satu tujuan mulia—agar pengabdian memiliki kedalaman, bukan hanya luas permukaan.
​Tanpa banyak kata, Sumedang hari ini belajar sesuatu dari sosok perempuannya. Belajar bahwa menjadi wakil rakyat tidak berhenti pada kursi empuk di ruang sidang, dan bahwa menjadi pemimpin adalah soal keteguhan dalam berproses, serta integritas dalam berpikir dan bertindak.
​Selamat, Ibu Sonia Sugian. Semoga langkah akademik ini menjadi suluh penerang dalam perjalanan panjang pengabdian Anda. Dan semoga, dari ruang kelas ke ruang rakyat, ilmu yang kelak didapatkan menjadi cahaya yang menuntun Sumedang menuju masa depan yang lebih cerah.
Elang SalaminaÂ